Cara Menghindari Ban Pecah di Jalan Belubang
Jika pengemudi melibat lubang secara mendadak, Bambang menyarankan agar pengemudi tidak banting setir yang justru berpotensi menyebabkan kecelakaan dan tabrakan beruntun.
"Hal itu jauh lebih baik daripada harus buang badan ke kiri atau ke kanan atau mengerem secara mendadak yang malah akan bisa mengakibatkan tabrakan beruntun," kata Bambang.
Ia mengatakan kasus pecah ban atau kerusakan pada velg lebih sering terjadi saat sebelum adanya tol trans Jawa.
Dahulu setiap musim hujan tiba, pasti penjualan ban dan velg selalu meningkat karena pengendara menghindari aquaplaning atau hilang kendali di atas lapisan air dan banyak yang rodanya membentur bibir lubang di jalan.
Kasus-kasus yang kerap terjadi ketika ban membentur bibir lubang dikenal di kalangan teknisi ban sebagai impact burst atau benturan, cut burst (terpotong) dan run flat ( kehabisan udara ).
"Bukan lantas berarti semua kendaraan tidak boleh melintasi jalanan rusak dan bebatuan. Boleh saja, karena yang tidak boleh adalah menghantam lubang di jalan, kalau melindas boleh saja. Paling hanya supaya mengemudi lebih berhati-hati karena lubang yang muncul di jalur cepat seperti tol lebih mengagetkan ketimbang yang di jalan perkotaan," katanya.
Menurut Bambang, ada perbedaan jelas antara menghantam lubang dengan melindas lubang. Menghantam lubang terjadi karena pengemudi dikejutkan oleh kemunculan lubang secara tiba-tiba pada kecepatan tinggi, sedangkan melindas adalah melintasi lubang secara perlahan-lahan.
"Jika pengemudi sudah mengetahui adanya jalanan rusak, secara otomatis dia akan menurunkan kecepatannya ketika melintasinya," katanya. (antara/jpnn)
Banyak ban yang bocor saat musim hujan karena menghantam jalan rusak. Bagaimana solusinya?
Redaktur & Reporter : Januardi Husin
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News