Jangan Terlalu Berambisi untuk Bahagia, Bisa Berdampak Buruk Pada Psikologis Anda
Penelitian lintas budaya ini dilakukan dengan lebih dari 7.400 peserta di 40 negara. Menguraikan hubungan antara tekanan masyarakat untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis.
Hasil studi di Belanda, yang berada di urutan ke-5 dalam WHI 2021, ternyata memiliki hubungan antara tekanan untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis yang lebih besar dua kali lipat dibandingkan Uganda dan Ukraina, di mana kedua negara itu masing-masing menempati peringkat 119 dan 110 dalam WHI 2021.
Kepala Departemen Kesehatan Mental, Fortis Memorial Research Institute, Kamna Chibber mengatakan bahwa sangat penting untuk memusatkan perhatian pada penerimaan situasi dalam kehidupan.
Dia menegaskan bahwa mengalami masalah dan kesusahan dengan kondisi tertentu adalah hal yang normal.
"Meskipun tujuannya adalah untuk mengalami kegembiraan, tetap positif dan optimis, hal tersebut juga harus termasuk merangkul pengalaman dan emosi yang sulit dan tidak terus-menerus berusaha untuk menolak atau menyangkal kehadiran mereka," ujar Chibber.
Chibber menjelaskan penerimaan membutuhkan seseorang untuk hadir dan tidak berpaling dari situasi. Menyangkal, menjaga jarak dan meninggalkan kesedihan tidak akan membantu dalam menemukan resolusi.
"Sebaliknya, merangkul situasi dan mengakui apa yang terjadi pada Anda, emosi dan pikiran Anda, dan bagaimana hal itu mempengaruhi Anda sangat penting untuk bisa bergerak maju," katanya.
Menurut Chibber, seseorang sebaiknya mempertahankan sikap positif sembali menerima kenyataan bahwa pikiran seseorang itu tidak kekal dan kehidupan selalu mengalami masalah yang harus dihadapi. (mar3/jpnn)
Banyak cara ditempuh seseorang demi mengejar kebahagiaan. Ternyata, ambisi untuk bahagia itu bisa berdampak buruk pada perkembangan psikologis seseorang.
Redaktur & Reporter : Januardi
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News