Banyak Klitih, Benarkah Jogja Berhenti Nyaman sebagai Kota Pelajar?
“Yogyakarta masih lebih aman untuk pelajar dan mahasiswa dibanding kota besar lain di mana pun di Indonesia,” tegasnya.
Kendati demikian, kasus kejahatan jalanan yang melibatkan remaja, menurutnya menjadi kontraproduktif dalam konteks citra Yogyakarta sebagai kota pelajar.
“Kita jadikan kejahatan jalanan oleh remaja dan warga lainnya layaknya Covid-19, yang menjadi musuh bersama masyarakat atau dikeroyok semua pihak untuk menciptakan situasi makin aman dan nyaman,” imbuhnya.
Kepala Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta Endang Patmintarsih menambahkan, peran keluarga menjadi begitu penting dalam menangkal terjadinya kejahatan jalanan oleh remaja.
“Hasil riset kami terhadap remaja yang dititipkan oleh penegak hukum maupun hasil operasi Dinas Sosial sendiri, 98 persen remaja bermasalah di jalanan atau di luar rumah akar persoalan mereka dari keluarga," jelasnya.
Endang mengambil contoh masalah anak atau remaja yang diasuh oleh kakek neneknya, sementara orang tuanya bekerja di luar kota.
Orang tua tersebut baginya tidak memiliki alokasi waktu untuk mengasuh dan dekat dengan anak.
Kemudian, dikatakannya bahwa sikap orang tua yang enggan terbuka bila petugas dinsos menanyakan kondisi di keluarga dan anaknya juga menjadi masalah serius.
Yogyakarta menyandang julukan sebagai Kota Pelajar, tetapi belakangan sebutan itu tercoreng dengan maraknya kejahatan jalanan melibatkan remaja atau klitih.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News