Bahaya Mengintai di Balik 'Berkah' TPA Piyungan
Sobirin mengakui bahwa warganya kecipratan berkah dari keberadaan sampah. Namun demikian, ia enggan melihat warganya terlena dan berharap semua warga lebih peduli pada dampak lingkungan akibat sampah tersebut.
"Warga di sini dahulu memang kekurangan secara ekonomi. Sekarang bisa dilihat peningkatan ekonominya. Cuma saya menekankan agar tidak terlena, nanti kalau ada apa-apa bisa repot. Artinya, lingkungan harus dipikirkan. Kalau ada masalah harus kita perjuangkan bersama-sama," tegas Sobirin.
Jauh sebelum aksi penolakan oleh warga sekitar TPA Piyungan tempo hari, menurut Sobirin, selama ini warganya masih kurang mempedulikan lingkungan.
"Masyarakat dahulunya ya menganggap sampah itu membawa berkah. Tidak berpikir ke depannya itu membawa masalah. Masalah pengolahan (sampah) masyarakat tidak mau tahu yang penting kalau masih membuang di sini ya masih memulung di sini," imbuhnya.
Terhitung mulai 2016 konflik muncul dari tumpukan sampah. Sobirin tak tinggal diam, ia mencoba bicara dengan warga mengenai dampak yang sejatinya sudah dirasakan tersebut.
Menurut Sobirin tak banyak warga yang peduli saat ia serius menanggapi permasalahan sampah ini.
"Mereka tidak merespons. Hanya diam dalam artian karena merasakan sampah yang dianggap membawa berkah itu," ujarnya.
Warga sekitar TPA Regional Piyungan menganggap sampah sebagai berkah. Tak sedikit pula yang menganggap keberadaan TPA tersebut sebagai masalah. Simak ceritanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News