Catur Sagotra Menyatukan Kembali 4 Dinasti Mataram Islam
"Diharapkan masing-masing seniman dapat menularkan semangat Memayu Hayuning Diri demi menuju Memayu Hayuning Bawono," ujarnya.
Di sisi lain, Penghageng Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta KPH Notonegoro mengatakan Catur Sagotra tersebut merupakan kali pertama digelar setelah pandemi Covid-19.
Tahun ini gelaran bedhaya menjadi suguhan apik dengan representasi dari kebesaran budaya dan potret keindahan.
“Gerak tari, pola lantai, tata rias-busana hingga gending yang disuguhkan menunjukkan ciri khas masing-masing. Di bawah payung Budaya Mataram, gelaran catur sagatra ini secara praktis menjadi tontonan sekaligus tuntunan dalam pelestarian sekaligus pengembangan budaya,” jelas Kanjeng Noto.
Model pengembangan ini ditunjukkan pula dengan menciptakan baru (yasa enggal) bedhaya.
Meski demikian, tata aturan pola penciptaan tari bedhaya tetap dipertahankan.
Dalam Catur Sagatra kali ini, Keraton Yogyakarta menyajikan Bedhaya Mintaraga yang merupakan yasa enggal dari Ngarsa Dalem yang menyampaikan ajaran budi pekerti.
"Direpresentasikan dari tokoh Mintaraga (Arjuna saat bertapa) di mana ceritanya diilhami dari Serat Lenggahing Arjuna,” sambungnya. (mcr25/jpnn)
Catur Sagotra kembali digelar setelah pandemi Covid-19 pada Jumat (22/7). Kesenian tradisional itu diharapkan bisa menyatukan semangat 4 Dinasti Mataram Islam.
Redaktur : Januardi Husin
Reporter : M. Syukron Fitriansyah
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News