BPP DIY Sebut Indikator Kemiskinan PBB Tak Cocok untuk Warga Jogja
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Anggota Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Muhammad Taufiq mengatakan kondisi kemiskinan di Yogyakarta selalu kontras dengan indeks kebahagiaan warganya.
Taufiq menyebut bahwa kemiskinan di Yogyakarta berada di atas rata-rata nasional, tetapi tingkat kebahagiaannya juga tinggi.
Untuk itu, menurut Taufiq, konsep dan indikator kemiskinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak cocok dengan kondisi dan tradisi masyarakat Yogyakarta.
Taufiq mengatakan bahwa warga Jogja merasa tidak miskin ketika mereka mencukupi kebutuhan sehari-hari dari hasil berkebun, beternak dan bertanu.
"Warga di desa-desa merasa cukup apabila mereka bisa makan dari bahan baku yang dihasilkan sendiri. Kategori cukup bagi mereka tidak miskin, tetapi bagi pemerintah maupun PBB dikategorikan miskin," katanya dalam Seminar Nasional Berkelanjutan yang diselenggarakan Universitas Widya Mataram, Kamis (5/10).
Ia menambahkan bahwa moralitas menerima keadaan ini tidak masuk dalam indikator antikemiskinan formal. Hal tersebut dikatakannya sesuai pula dengan indeks kebahagiaan warga Yogyakarta.
Berdasarkan data Badan Statistik Nasional, angka kebahagiaan DIY tercatat 71,70 atau berada di atas nasional yaitu 71,49 di tahun 2021.
Data lainnya menunjukkan angka harapan hidup di DIY cukup tinggi, yaitu 75,04.
Tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta selaku Kontras dengan indeks kebahagiaan masyarakatnya. Kemiskinan di DIY tinggi, tetapi warganya bahagia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News