Sejarah Klitih di Yogyakarta: Embrio, Motif, dan Para Pelaku
Sejumlah geng pelajar terus melakukan regenerasi, bahkan mulai era 90-an ada yang menjalin hubungan dengan sayap partai politik tertentu di DIY.
Menurut dia, sebagian pelajar tertarik bergabung dengan geng karena butuh wadah untuk mengekspresikan diri.
Ruang-ruang tersebut tidak bisa difasilitasi oleh keluarga maupun sekolah.
Kepala Bidang Humas Polda DIY Komisaris Besar Yuliyanto menyebut hampir seluruh sekolah, khususnya setingkat SMA/SMK di DIY, punya geng pelajar.
"Ada yang masih manis-manis, ada yang brutal," ucap dia.
Sosiolog kriminalitas Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto pernah melakukan penelitian fenomena kejahatan jalanan sejak 2004 hingga 2009 di Yogyakarta.
Dia menyimpulkan bahwa kejahatan jalanan atau klitih oleh kalangan remaja atau pelajar bisa terus berkelanjutan hingga kini karena terorganisasi dan beregenerasi.
Suprapto yakin ada aktor intelektual yang melatih mulai dari perencanaan hingga eksekusi di lapangan.
Kejahatan jalanan atau klitih kembali marak di Yogyakarta. Bagaimana sebetulnya sejarah klitih di Kota Pelajar? Apa cikal bakalnya dan motifnya?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News