Keraton Jogja Menggelar Labuhan di Pantai Selatan
“Membuang (melabuh) itu bukan hanya sekadar membuang, tetapi ada tujuannya. Ini disesuaikan dengan sejarah berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat," katanya.
Wakil Abdi Dalem Juru Kunci di Pemancingan Parangkusumo-Parangtritis Surakso Trirejo mengatakan kegiatan ini merupakan hajatan membuang, menghanyutkan, menempatkan sesuatu di suatu tempat yang tempat itu ada nilai sejarahnya terkait dengan berdirinya Keraton Ngayogyakarta.
"Ini merupakan labuhan alit yang ada di pesisir kidul, kemudian ada juga di Gunung Merapi dan di Gunung Lawu. Kemudian, ubarampe yang dilabuh ada beberapa jenis, di antaranya Pengajeng, Pendherek dan Lorodan," katanya.
Dia mengatakan dari sisi makna, ini juga sebuah Hajad Dalem Labuhan yang kalau berbicara dari sisi kata, kalimat, labuhan itu melabuh yang membuang atau menghanyutkan yang ada nilai sejarahnya.
"Dari sisi lain, ada yang memaknai bahwa Hajad Dalem Labuhan ini merupakan Hamemayu Hayuning Bawana yang mengandung makna bahwa penyelarasan, penyesuaian alam semesta ini, sehingga alam akan terjaga dengan baik," katanya. (antara/jpnn)
Keraton Yogyakarta menggelar upacara Labuhan di Pantia Parangkusumo Bantul sebagai upaya untuk mengenang sejarah berdirinya Yogyakarta.
Redaktur & Reporter : Januardi Husin
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News