Dampak Positif dan Negatif BPI Danantara

jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Presiden Prabowo Subianto resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara di Istana Presiden, Jakarta, pada Senin pagi (24/2).
Peluncuran BPI Danantara juga disaksikan oleh Presiden Indonesia Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Indonesia Ke-7 RI Joko Widodo.
Pembentukan BPI Danantara mendapat sorotan publik karena lembaga itu rencananya akan membawahi beberapa BUMN pengelola dana yang diperkirakan mencapai Rp 14.000 triliun.
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin menilai BPI Danantara diluncurkan saat kondisi yang tidak kondusif karena banyaknya program pemerintah pusat yang kontroversial di masyarakat.
Pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini sedang mendapat banyak kritikan karena kebijakan efisiensi anggaran, makan bergizi gratis, revisi UU Minerba, dan lain-lain.
“Sayang sekali kemunculannya kena imbas isu politik,” ujarnya, dikutip dari laman resmi UGM pada Jumat (21/2).
Menurut dia, Danantara sebenarnya bertujuan positif untuk mengkonsolidasi pengelolaan aset negara dari perusahaan BUMN agar lebih transparan dan terkoordinasi dengan baik.
Dengan kehadiran BPI Danantara, menurut Eddy, masing-masing perusahaan akan lebih terbuka karena adanya holding company yang menunjuk dan mengawasi dewan komisaris dan dewan direksi secara langsung.
Pakar ekonomi UGM menilai kehadiran BPI Danantara bisa berdampak positif dan negatif bagi BUMN.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News