Dihujat karena Dianggap Bikin Unggahan SARA, Rektor ITK Membela Diri, Sayang Sekali
Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya.
Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.
Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek.
Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind.
Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi."
Kepada pihak-pihak yang keberatan dengan unggahannya, Prof Budi meminta hal tersebut tidak dikaitkan dengan kampus ITK.
Apa yang ia tulis, kata Prof Budi, adalah pendapat dan pengalaman pribadi.
"Humas (ITK) sudah bilang, bahwa ini urusan pribadi saya. Jadi bukan ITK, ya. Jadi, kalau misalkan ada yang meminta klarifikasi, bisa langsung menghubungi saya. Bukan kampus. Saya tidak ingin membawa kampus ITK ke dalam masalah karna ini masalah saya," tegasnya. (mcr14/jpnn)
Berita ini telah tayang di JPNN.com dengan judul: Klarifikasi Rektor ITK Balikpapan soal Status Bermuatan SARA
Rektor ITK membela diri seusai dihujat warganet atas unggahan status yang dinilai bermuatan SARA. Begini penjelasan Prof Budi
Redaktur & Reporter : Januardi Husin
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News