Jogja Istimewa, Tetapi tidak dengan Pertumbuhan Kotanya
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Kericuhan yang terjadi di Jogja sejak Sabtu (2/7) lalu bermula dari sebuah tempat hiburan malam di kawasan Babarsari, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Babarsari memang dikenal sebagai pusat hiburan malam di Kota Yogyakarta karena di sana banyak tempat-tempat menongkrong yang digandrungi oleh kawula muda.
Keberadaan tempat-tempat hiburan itu menarik minat Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajad Sulistyo Widhyharto.
Menurut dia, adanya tempat hiburan di kawasan Babarsari menunjukkan bahwa Jogja telah menjelma menjadi kota metropolitan layaknya kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
"Yogyakarta itu istimewa tetapi regulasinya tidak istimewa. Provinsi ini tidak tumbuh istimewa seperti masyarakatnya atau seperti keratonnya, tetapi tumbuh seperti kota metropolis," kata Derajad di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Yogyakarta, Selasa (5/7).
Sebagai kota pelajar, menurut Derajad, Yogyakarta sebenarnya butuh ketenangan.
Menurut dia, yang perlu diperbanyak adalah fasilitas-fasilitas mahasiswa, seperti penyediaan co-working space, bukan justru fasilitas yang dapat mengundang konflik.
"Akan tetapi, kalau yang tumbuh kemudian adalah tempat karaoke, hotel-hotel, atau apartemen, kan tidak ada bedanya dengan Jakarta, Surabaya, dan lain-lain," kata dia.
Jogja dikenal sebagai daerah istimewa soal urusan budaya. Namun, dalam pertumbuhan kota dan perekonomian masih sama dengan kota-kota besar lainnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News