Biang Kerok Naiknya Harga Beras Menurut Serikat Petani Indonesia
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Serikat Petani Indonesia (SPI) Yogyakarta menyebut penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah menjadi biang kerok naiknya harga beras.
Bagian Pusat Kajian dan Penerapan Agroekologi SPI Muhammad Qomarun Najmi mengatakan bahwa kenaikan harga beras berkaitan dengan HPP gabah yang murah pada tahun lalu.
Menurut Qomarun, saat itu pihaknya menghitung biaya produksi Rp 5.600. Kemudian diusulkan dengan harga Rp 6.000.
"Saya enggak tahu hitungan pemerintah seperti apa. Mereka kemudian menetapkan harga Rp 5.000. Di bawah biaya produksi," kata Qomarun, Minggu (3/3).
Kemudian petani kembali tertekan setelah kenaikan harga BBM yang turut berdampak pada naiknya biaya produksi.
"Waktu itu setelah kenaikan BBM, itu ada kenaikan biaya produksi sebenarnya, olah lahan, tenaga kerja dan sewa lahan ikut naik. Seharusnya itu kan menjadi pertimbangan untuk penyesuaian malah ditetapkan Rp 5.000 itu tadi," katanya.
Baca Juga:
Ia kemudian mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan HPP tahun ini agar kejadian serupa tidak terulang.
Jika tidak ada revisi pada HPP yang menyesuaikan biaya produksi, ia menganggap kebijakan pemerintah saat ini tidak mempertimbangkan dari sisi petani. (mcr25/jpnn)
Serikat Petani Indonesia mengungkapkan faktor ini sebagai biang kerok naiknya harga beras.
Redaktur : Januardi Husin
Reporter : M. Syukron Fitriansyah
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News