Nyadran Agung di Kulon Progo untuk Menyambut Ramadan 1445 Hijriah
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Menjelang masuknya bulan Ramadan 1445 Hijriah, upacara adat Nyadran Agung kembali digelar di Alun-Alun Wates, Kulon Progo, DIY pada Rabu (6/3).
Upacara itu diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya Jawa.
Pj Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan Nyadran Agung merupakan salah satu warisan budaya Islam-Jawa yang diajarkan oleh Wali Sanga. Upacara itu terangkai bagaikan sebuah untaian legenda, penuh ketakjuban, karena sarat makna keislamannya.
Menurut Ni Made, Wali Sanga dikenal sebagai ulama yang menyebarkan Islam dengan tetap menjaga tradisi Jawa. Melalui upacara Nyadran, masyarakat bisa mengenang bagaimana penyebaran Islam di pulau Jawa.
Selain itu, nyadran dapat dijadikan sebagai sarana silaturahmi untuk mempererat persaudaraan karena dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, tanpa memandang status sosial ataupun agama yang menambah nilai keindahan suatu kebudayaan.
“Kegiatan Nyadran Agung salah satu budaya yang masih diuri-uri sampai saat ini. Merupakan kebudayaan bangsa yang dapat membangun toleransi, budi pekerti luhur dan juga sebagai pembelajaran untuk generasi muda agar menghormati leluhurnya," kata Ni Made.
Paniradya Pati Keistimewaan DIY mengatakan nilai toleransi juga dapat dijumpai pada tradisi nyadran ini.
“Nyadran Agung di Kabupaten Kulon Progo bukan semata sebuah perayaan, tetapi juga sebuah momentum untuk memperkuat kohesi sosial kemasyarakatan kita dengan doa bersama lintas agama. Kita menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman adalah kekuatan, bahwa kebersamaan dan harmoni adalah pondasi utama bagi pembangunan masyarakat yang lebih baik," kata Aris.
Pemkab Kulon Progo menggelar upacara adat Nyadran untuk menyambut bulan Ramadan 1445 Hijriah. Ini makna upacara tersebut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News