Sekolah Daring, Keluarga, dan Pemicu Klitih di Jogja
Dikatakanya, anak juga mengalami banyak persoalan baru sehingga perlu mendapat perhatian dan pendampingan dari orang tuanya.
Dengan demikian, hal itu membuat relasi antara anak dan orang tua semakin jauh sehingga anak tersebut melarikan dirinya ke dunia teknologi.
“Ketika ruang interaksi dan partisipasi berkurang, anak lari ke dunia teknologi. Bagi sejumlah anak, ketika dia terpapar pada hal-hal negatif dia kemudian mencoba menerapkannya,” paparnya.
Perkembangan teknologi, menurutnya, membawa sejumlah perubahan pada perilaku kejahatan, termasuk klitih.
Rizal mengatakan ada sejumlah pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah keterlibatan remaja dalam aktivitas klitih, salah satunya dengan menciptakan lingkungan yang positif.
“Lingkungan positif harus dimaknai sebagai lingkungan yang memberi rasa aman bagi siswa untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kodratnya sebagai manusia," jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, sekolah dan keluarga perlu membangun penalaran dan kesadaran anak, memperbanyak ruang refleksi dalam proses belajar dan mendorong anak untuk mengenali potensi, keunikan serta emosinya. (mcr25/jpnn)
Dosen UGM mengatakan keterlibatan remaja dalam aksi klitih di Yogyakarta erat kaitannya dengan faktor sekolah daring dan kondisi keluarganya.
Redaktur : Januardi Husin
Reporter : M. Syukron Fitriansyah
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News