Menyelisik 4 Momentum Penting di Pameran Arsip Museum Pers Yogyakarta
Masduki menyebutkan bahwa KR menggambarkan Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia, ruang kolektif dalam dinamika politik, bisnis, dan partisipasi warga negara.
"Surat kabar ini membuktikan konten-konten yang bagus dalam karya jurnalistik membawa dampak loyalitas dan penguatan merek hingga menjadi media legendaris," katanya.
Seniman asal Yogyakarta yang juga menjadi salah satu inisiator Pameran Arsip Museum Pers Yogyakarta, Anang Saptoto, menceritakan bagaimana awal mula tercetusnya ide membuat museum pers.
"Ide ini tercetuskan saat kami sedang di warung kopi. Saya dan mas Ading (panggilan Masduki) bertanya, mengapa di Yogyakarta tidak ada museum pers?" kata Anang.
Alih-alih berpikir untuk membangun sebuah museum dalam bentuk bangunan, mereka justru punya ide untuk mengumpulkan materi-materi museum yang bisa dipamerkan dalam jangka waktu tertentu. Pada pameran edisi pertama, mereka memilih media massa KR.
"Kami kemudian mencari arsip-arsip artikel KR di perpustakaan Malioboro, dibantu oleh teman-teman Komunitas Inkuiri," ujar Anang.
Itulah yang menjadi ciri khas Arsip Museum Pers Yogyakarta, tidak berangkat dari ruang fisik, tetapi dimulai dengan kerja-kerja mengumpulkan materi museum. Arsip Museum Pers Yogyakarta rencananya akan dipamerkan beberapa kali selama setahun ke depan.
Jika ingin menyelisik empat momentum penting dalam sejarah Indonesia, Anda bisa mampir ke Pameran Arsip Museum Pers Yogyakarta di kampus UII Yogyakarta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News