Nasib Sungai Sambas di tengah Hegemoni Perkebunan Sawit

Jumat, 04 Oktober 2024 – 09:05 WIB
Nasib Sungai Sambas di tengah Hegemoni Perkebunan Sawit - JPNN.com Jogja
Ato memasang jaring ikan atau togok di Sungai Sajingan Kecil, Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas. Foto: M. Sukron Fitriansyah/JPNN.com

Kendati demikian, Khazaruddin menilai pengambilan sampel yang dilakukan dua kali dalam setahun tersebut memiliki kelemahan. Menurutnya, rentang waktu pengambilan sampel pertama dan kedua jaraknya cukup lama sehingga tidak serta merta mencerminkan kondisi sebenarnya air sungai.

“Untuk mencerminkan keadaan sebenarnya sulit karena setahun dua kali saja. Biasanya kami mengambil sampel air pada Maret, satunya lagi pada September. Enam bulan rentangnya ini kan kami tidak tahu. Nah, itu kelemahannya,” kata Khazaruddin, Kamis (19/9).

Menurut dia, kegiatan pengawasan juga sulit dilakukan dengan maksimal karena keterbatasan anggaran. Dinas Perkim LH Sambas tidak memiliki fasilitas seperti speedboat untuk melakukan pengawasan di area sungai dan melakukan pembinaan masyarakat.

“Harusnya patroli di sungai-sungai. Di desa-desa pinggiran sungai harusnya kami bina, misalnya dari Pemangkat sampai ke ujung Sepantai, kan banyak desa, harusnya kami bina, tetapi kan kami tidak ada dananya,” kata Khazaruddin.

Selain melakukan pengujian kualitas air, selama ini bidangnya fokus terhadap pembinaan di beberapa desa melalui program kampung iklim hingga menjalankan sekolah peduli lingkungan.

Melihat penggunaan pestisida yang masih masif di sektor perkebunan sawit dikhawatirkan mengancam sungai dan kehidupan di dalamnya di masa mendatang. 

“Penggunaan pupuk dan pestisida yang masih digunakan secara masif di perkebunan sawit yang bahkan luasnya ribuan hektare sangat mungkin dampak pencemaran masih terjadi. Sampai sekarang perusahaan masih menggunakan pupuk dan pestisida untuk merawat sawit,” kata Udin.

Untuk mengembalikan fungsi sungai perlu upaya simultan. Menurut Udin pengawasan intensif harus dilakukan terhadap suatu industri. Selain itu, penting melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan pelestarian sungai. Langkah selanjutnya adalah melakukan kajian terhadap keanekaragaman ikan dan menetapkan kawasan perlindungan ikan di sungai.

Sungai Sambas menjadi nadi kehidupan masyarakat Kabupaten Sambas. Namun hadirnya perkebunan sawit mengancam kehidupan akuatik hingga mata pencaharian nelayan.
Facebook JPNN.com Jogja Twitter JPNN.com Jogja Pinterest JPNN.com Jogja Linkedin JPNN.com Jogja Flipboard JPNN.com Jogja Line JPNN.com Jogja JPNN.com Jogja

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News