Nasib Sungai Sambas di tengah Hegemoni Perkebunan Sawit
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Ato dengan lincah mengemudikan perahu motor miliknya. Perahu kayu kesayangannya tersebut ia pacu dengan kecepatan tinggi membelah Sungai Sajingan Kecil di Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas. Setelah menempuh waktu sekitar 15 menit,ia sampai di tempat biasa memasang jaring ikan atau togok dalam bahasa melayu.
Di aliran sungai berwarna kecoklatan tersebut, Ato memasang togok milik Asmu’i. Sudah bertahun-tahun Ato ikut dengan Asmu’i, nelayan senior di dusun kecil yang berada di bantaran sungai dan kaki Gunung Senujuh tersebut.
Ia dengan cekatan membentangkan togok berwarna hitam lalu menenggelamkannya ke dasar sungai. Keesokan harinya Ato akan datang kembali untuk melihat tangkapan ikan di togok tersebut.
Menjelang magrib, Asmu’i tiba dari memancing. Hari itu kakek berusia 79 tahun tersebut membawa satu boks fiber berisi ikan kaloi dan toman. Meski tangkapannya tidak melimpah, Asmu’i tetap bersyukur dengan hasil memancingnya.
Di Desa Semanga, nelayan bergelar haji ini dikenal sebagai sosok yang ramah serta hobi memancing. Asmu’i mengaku bahwa dirinya sudah menggeluti bidang ini sejak masih bujang. Di usianya yang senja sekarang ia bahkan masih rutin berangkat setelah salat Subuh hingga petang untuk memancing. Jarak menuju lokasinya terbilang cukup jauh, memakan waktu sekitar satu jam.
“Kalau dahulu pernah sampai lima kilogram satu togok, tetapi sekarang bisa dibilang tekor,” kata Asmu’i menceritakan hasil tangkapan ikan yang mulai berkurang, Selasa (17/9).
Di saat lagi apes, mereka kadang hanya membawa pulang dua kilogram ikan dari togok. Menurut Asmu’i, hasil tersebut tidak sebanding dengan modal bahan bakar perahu motor mereka menuju lokasi.
Selain berkurangnya hasil tangkapan, beberapa spesies ikan juga sulit dijumpai nelayan. Ikan-ikan seperti betutu dan siluk sudah tergolong langka.
Sungai Sambas menjadi nadi kehidupan masyarakat Kabupaten Sambas. Namun hadirnya perkebunan sawit mengancam kehidupan akuatik hingga mata pencaharian nelayan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News