Nasib Sungai Sambas di tengah Hegemoni Perkebunan Sawit

Jumat, 04 Oktober 2024 – 09:05 WIB
Nasib Sungai Sambas di tengah Hegemoni Perkebunan Sawit - JPNN.com Jogja
Ato memasang jaring ikan atau togok di Sungai Sajingan Kecil, Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas. Foto: M. Sukron Fitriansyah/JPNN.com

"Kalau betutu jarang-jarang, kalau ikan siluk memang enggak pernah kami dapat lagi. Dahulu ikan siluk paling banyak di sungai kami” ujarnya.

Nasib Sungai Sambas di tengah Hegemoni Perkebunan Sawit

Ikan hasil tangkapan Asmu’i setelah seharian memancing di hulu sungai (Foto: M.Sukron Fitriansyah) 

Penelitian yang dilakukan Ecological Observation and Wetland Conservations (ECOTON) pada 2019-2020 menunjukkan adanya penurunan kualitas air di Sungai Sambas. ECOTON melakukan pengujian kualitas air di parit pembuangan limbah perusahaan sawit di sekitar Desa Semanga. Di lingkungan tersebut pula mengalir aliran Sungai Sajingan Kecil dan Sungai Sambas yang saling terhubung.

Sungai Sambas memiliki Panjang sekitar 233 kilometer. Sungai ini bermuara di Laut Cina Selatan yang terletak di Kecamatan Pemangkat. Sedangkan hulu sungai berada di Gunung Mensibau.

Keberadaan Sungai Sambas sangat vital bagi kehidupan masyarakat. Air dari sungai ini digunakan masyarakat untuk berbagai aktivitas, seperti mandi, mencuci hingga tempat nelayan menggantungkan hidup. Berdasarkan data tahun 2020, tercatat sebanyak 835 nelayan perairan umum di Kabupaten Sambas.

Peneliti ECOTON Amirudin Muttaqin mengatakan saat melakukan riset pihaknya mengambil sampel di parit-parit sekitar perusahaan sawit di Desa Semanga. Namun, pengambilan sampel lebih banyak difokuskan di PT Agronusa Investama (ANI) anak perusahaan Wilmar International.

Menurut pria yang akrab disapa Udin tersebut, hasil uji lab mendapati kandungan fosfat dan klorin yang tinggi. Kedua zat tersebut berasal dari pupuk yang digunakan di perkebunan sawit. Dalam laporannya, ECOTON menyebut fosfat dengan konsetrasi tinggi dapat memicu alga blooming yang dapat melepaskan zat beracun. Hal ini dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Sementara klorin bebas melebihi baku mutu menyebabkan kerusakan pada lingkungan.

Sungai Sambas menjadi nadi kehidupan masyarakat Kabupaten Sambas. Namun hadirnya perkebunan sawit mengancam kehidupan akuatik hingga mata pencaharian nelayan.
Facebook JPNN.com Jogja Twitter JPNN.com Jogja Pinterest JPNN.com Jogja Linkedin JPNN.com Jogja Flipboard JPNN.com Jogja Line JPNN.com Jogja JPNN.com Jogja

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News