Nasib Sungai Sambas di tengah Hegemoni Perkebunan Sawit
“Satu lokasi milik perkebunan sawit PT ANI itu kami banyak mengambil sampel, ada lebih 30 sampel kami uji di setiap parit-parit,” kata Udin pada Minggu (15/9).
Penggunaan pestisida di perkebunan sawit juga memicu pencemaran Sungai Sambas. Dampak nyata sungai yang terkontaminasi limbah pupuk dapat dilihat dari berkurangnya jumlah ikan.
“Ikan itu kan sangat tergantung terhadap kualitas airnya karena dia pembuahannya kan eksternal. Ketika sungai yang jadi tempat pemijahan telur sudah terpapar pestisida, herbisida atau senyawa lainnya, ya, telur itu tidak bisa sempurna menetasnya,” kata Udin.
Kondisi Sungai Sajingan Kecil yang berada di Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas. (Foto: M.Sukron Fitriansyah)
Selain kelangkaan sejumlah spesies ikan, warga pernah dihadapkan pada ikan mati massal di sungai. Udin mengatakan momen ikan mati massal tersebut pernah mereka jumpai saat melakukan penelitian.
“Itu sumbernya jelas, waktu itu dari informasi warga memang dari perusahaan sawit yang langsung membersihkan kolamnya, dibuang, masuk ke Sungai Sambas,” katanya.
Kemudian, pada April 2021 warga Desa Semanga memergoki pipa limbah PT ANI yang lepas sehingga masuk ke parit hingga mengalir ke Sungai Sambas. Akibat kelalaian tersebut lagi-lagi warga dirugikan. Masih di tahun yang sama, pencemaran sungai terjadi di Desa Semanga kembali terjadi. Kali ini minyak sawit mentah tumpah di Sungai Sambas hingga airnya berwarna oren.
Sungai Sambas menjadi nadi kehidupan masyarakat Kabupaten Sambas. Namun hadirnya perkebunan sawit mengancam kehidupan akuatik hingga mata pencaharian nelayan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News