Prediksi Epidemiolog UGM Soal Varian Omicron di Yogyakarta
Terkait percepatan vaksinasi dosis ketiga atau booster untuk mengatasi varian omicron, Bayu mengaku belum bisa melihat efeknya karena baru saja dimulai dan masih belum tinggi cakupannya.
Menurut dia, yang paling penting saat ini bukan soal vaksin penguat, tetapi bagaimana memperluas cakupan yang belum mendapatkan dosis lengkap, terutama untuk kelompok rentan dan anak-anak.
Mengenai risiko pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah potensi lonjakan kasus, ujar Bayu, hal tersebut tergantung dari sejauh mana kemampuan dinas pendidikan dan dinas kesehatan merespons peningkatan kasus Covid-19 dan kasus yang terjadi di sekolah.
"Sampai saat ini belum terlihat langkah pemerintah terkait menentukan masalah PTM ini jika ada kasus positif Covid-19 muncul di sana, apakah disebabkan di sekolah atau karena murid? Protokol Kesehatan yang kurang ketat atau masalah lainnya," katanya.
Bayu menyebut jika lonjakan benar terjadi pada Februari-Maret, maka pembatasan melalui peningkatan level PPKM mungkin akan terjadi meskipun tidak sampai level tertinggi.
Terkait aturan perjalanan ke luar negeri, menurut Bayu, tidak perlu dilarang asal tidak ada kebocoran saat karantina.
"Karena semua orang yang bepergian atau datang dari luar negeri sudah divaksinasi dosis lengkap, sehingga relatif lebih aman, tinggal proses karantinanya yang lebih ketat. Yang penting lainnya adalah menyampaikan pemahaman kepada masyarakat yang akan ke luar negeri bahwa kondisi di luar negeri saat ini lebih berbahaya dibandingkan Indonesia, sehingga mereka harus lebih berhati-hati," tuturnya. (mar3/jpnn)
Epidemiolog dari UGM memprediksi soal potensi infeksi Covid-19 varian Omicron di Yogyakarta. Simak penjelasannya.
Redaktur & Reporter : Januardi
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News