5 Fakta Menarik Seputar Relokasi PKL Malioboro
Selain itu, relokasi juga bagian dari upaya Pemda DIY mengajukan sumbu filosofis sebagai warisan budaya ke UNESCO.
Sumbu filosofis tersebut adalah garis lurus dari Panggung Krapyak - Keraton - Tugu Pal Putih.
Kawasan Malioboro menjadi tempat yang dilewati garis imajiner itu.
Respons PKL Malioboro
Relokasi PKL Malioboro mendapat penolakan dari berbagai paguyuban pedagang di sana.
Alasannya beragam. Mulai dari ekonomi yang belum pulih karena pandemi, lokasi baru yang dianggap kurang memadai hingga tempat yang tidak strategis bagi pengunjung.
Seorang PKL Malioboro yang tergabung dalam Paguyuban Lesehan PPLM Kelik Bekti Leksono mengatakan lokasi yang akan digunakan untuk relokasi dirasa belum layak dan tidak sesuai harapan pedagang.
“Misalnya belum ada pembuangan air dan belum ada sumber air bersih. Sampai sekarang pun belum ada kejelasan mengenai lay out untuk penataan kuliner di lokasi relokasi,” kata Kelik saat mendatangi Kantor DPRD Kota Yogyakarta Senin (17/1).
PKL Malioboro telah memiliki tempat baru untuk berjualan. Relokasi tersebut ternyata mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan bahkan sejak adanya wacana.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News