Pentingnya Melatih Konten Kreator untuk Menangkal Narasi Intoleran
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Maraknya perilaku dan tindakan intoleransi yang terjadi di Indonesia membuat sebuah lembaga advokasi perdamaian dan keberagaman di Yogyakarta, Youth, Interfaith and Peace (YIP) Center, menggelar pelatihan konten kreator untuk menyebarkan narasi-narasi damai di media sosial.
Direktur YIP Center Riston Batubara mengatakan pandemi Covid-19 tidak mengurangi tindakan intoleransi di Indonesia.
Laporan dari Setara Institute mengungkapkan bahwa sepanjang 2020 telah terjadi 424 pelanggaran atas Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) seperti intoleransi, diskriminasi, persekusi, pelaporan penodaan agama, penolakan pendirian rumah ibadah, dan pelarangan aktivitas ibadah.
Baca Juga:
"Korbannya tentu kelompok-kelompok minoritas yang selama ini memang sulit mendapatkan akses seperti Ahmadiyah, Syiah, Kristen, dan juga penghayat kepercayaan," kata Riston dalam keterangannya yang diterima JPNN.com, Jumat (7/1).
Sebagian besar tindakan intoleransi tersebut bermula dari narasi-narasi provokatif di media sosial.
Narasi intoleran yang tersebar di media sosial sering kali membuat seseorang salah dalam mengambil keputusan dan tindakan.
"Seperti teman kami bernama Febri, bekas simpatisan ISIS yang pernah 'hijrah' ke Suriah hanya karena narasi yang salah di media sosial," ujar Riston.
Oleh karena itu, YIP Center menilai keberadaan konten kreator yang bisa menangkal narasi-narasi intoleran di media sosial sangat penting.
Tingginya kasus intoleransi di Indonesia membuat sebuah lembaga bernama YIP Center menggelar pelatih konten kreator untuk menangkal narasi-narasi intoleran.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News