Waduh, 67,7 Persen Konten Keagamaan di Dunia Maya Terdeteksi Intoleran
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai bahwa dunia maya menjadi sarana yang paling strategis untuk menyebarkan paham intoleran. Intoleransi adalah pintu masuk untuk penanaman radikalisme dan terorisme.
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan bahwa konten keagamaan yang tersebar di dunia maya dan biasa diakses masyarakat di Indonesia, 67,7 persen di antaranya merupakan konten keagamaan bernuansa intoleran dan radikal.
Oleh karena itu, menurut Nurwakhid, kehadiran ulama atau penceramah yang menyebarkan pesan toleransi sangat dibutuhkan.
"Mereka (para penceramah) yang mayoritas moderat cukup mengimbangi konten-konten keagamaan di dunia maya (yang intoleran dan radikal)," kata dia, Sabtu (28/5).
Sejak pandemi Covid-19 penceramah yang sering mengusung pesan perdamaian memiliki keterbatasan untuk berdakwah.
Kondisi ini memberi kesempatan pada paham-paham intoleransi yang makin menyebar luas di dunia maya.
Namun, belakangan para penceramah moderat mulai banyak bermunculan di media sosial.
"Begitu ada pandemi, para kiai, penceramah, maupun pendeta yang selama ini diam tidak viral tetapi karena ada prokes mereka mau tidak mau menggunakan sarana gadget (untuk dakwah)," kata dia.
Menurut BNPT, dunia maya menjadi sara paling digunakan oleh penceramah intoleran untuk menyebarkan paham radikalisme.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News