Pengolahan Makanan Diduga Jadi Penyebab Keracunan Massal di Klaten

Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM itu menilai kasus serupa kerap terjadi dalam berbagai acara hajatan, tetapi hanya sebagian kecil yang dilaporkan atau dipublikasikan oleh media.
Dalam kasus di Klaten, sajian makanan dilaporkan terdiri dari nasi, rendang daging sapi, krecek, acar, kerupuk, dan snack.
Dari seluruh menu tersebut, ia menilai rendang dan krecek memiliki potensi risiko kontaminasi paling tinggi.
"Dipertanyakan, apakah kondisi daging sapi segar yang diolah terjaga kebersihannya, dingin atau beku. Jika tidak, dimungkinkan berpotensi memiliki tingkat cemaran bakteri atau toksin cukup tinggi di atas batas normalnya yang dianggap aman," kata dia.
Dia memperkirakan apabila hajatan tersebut menyediakan 200 sampai 300 kotak makanan dengan 50 gram daging per kotak, diperlukan sekitar 10 hingga 15 kilogram daging segar.
Menurut dia, daging sebanyak itu kemungkinan dimasak dalam beberapa tahap dengan peralatan skala rumah tangga.
"Kemungkinannya dimasak tiga sampai lima kali. Artinya, ada masakan yang dibuat sejak pagi, sekitar pukul 07.00, atau bahkan sehari sebelumnya. Ini tentu berisiko karena ada jeda waktu lebih dari 10 jam sebelum makanan dikonsumsi," kata dia.
Sri Raharjo juga menyoroti potensi ketidakteraturan panas saat memasak dalam jumlah besar.
Ratusan orang menjadi korban keracunan massal di Kabupaten Klaten. Pakar gizi UGM menduga penyebabnya karena proses pengolah makanan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News