Pengolahan Makanan Diduga Jadi Penyebab Keracunan Massal di Klaten

Menurut dia, meski alat masak besar digunakan, tidak menjamin panas bisa tersebar merata ke seluruh bagian daging. Hal ini dapat menyebabkan bakteri atau toksin tetap aktif pada bagian yang tidak matang sempurna.
Setelah dimasak, lanjut dia, makanan dalam kotak kemungkinan baru dikonsumsi warga pada malam hari, sekitar pukul 19.00 - 20.00 WIB saat acara pentas wayang kulit berlangsung.
Jeda waktu selama 12 jam itu, menurutnya, memberi cukup ruang bagi bakteri berkembang biak dalam jumlah yang membahayakan.
"Tentu dimakan di malam hari karena hajatan wayangan. Jika proses memasak dalam jumlah besar, dimungkinkan panasnya tidak tuntas mematangkan masakan, dan berisiko masih menyisakan sedikit bakteri atau toksin penyebab sakit," ujar dia.
Menurut dia, tidak menutup kemungkinan peristiwa semacam itu kembali menimpa masyarakat di waktu yang akan datang di tempat yang berbeda.
Agar makanan di acara hajatan yang disiapkan secara gotong royong oleh warga aman dikonsumsi, ia menyarankan diperlukan pemahaman yang benar terkait cara mengolah makanan dalam jumlah besar.
Selain itu, perlu diperhatikan peralatan pengolahan dan cara pemakaiannya secara tepat, serta kewaspadaan jika masakan yang sudah siap saji baru dikonsumsi lebih dari 10 jam.
"Hal-hal semacam ini penting untuk diperhatikan, dan dilakukan. Para warga pun diharapkan untuk selalu menjaga kondisi kesehatannya. Secara bersama kita terus upayakan meminimalkan risiko kemungkinan terjadinya keracunan makanan," kata dia. (antara/jpnn)
Ratusan orang menjadi korban keracunan massal di Kabupaten Klaten. Pakar gizi UGM menduga penyebabnya karena proses pengolah makanan.
Redaktur & Reporter : Januardi Husin
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News