Mahasiswa UGM Sulap Eceng Gondok dan Sabut Kelapa jadi Bantal Antitungau

“Jadi, kami ingin mengolah limbah-limbah tersebut dan berpikir mengembangkan produk yang lekat dengan kebutuhan manusia berbahan kedua limbah itu. Lalu, tercetus ide membuat bantal,” ujarnya pada Jumat (2/9).
Kelima mahasiswa muda ini merancang produk bantal antibakteri dan tungau dengan konsep natural. Mereka membuat bantal dengan 100 persen bahan alami mulai dari isian hingga luaran bantal. Produk yang dikembangkan tidak hanya mengurai persoalan lingkungan, tetapi juga menghadirkan produk yang bermanfaat bagi kesehatan.
Guna mencegah penyebaran dan pertumbuhan bakteri mereka memanfaatkan daun sirih (Piper betle L.) yang diketahui mengandung senyawa yang berperan sebagai antibakteri yaitu saponin, tanin, flavonoid, dan fenol.
Proses produksi Bangau diawali dengan penganyaman eceng gondok kering menjadi berbentuk lilitan kecil maupun sedang. Anyaman bantal itu kemudian direbus dengan ekstrak daun sirih agar dapat tercampur merata pada anyaman. Setelah itu, dilakukan pengeringan dan penyemprotan kembali ekstrak daun sirih secara merata.
Lalu, anyaman dimasukkan ke dalam plastik selama 12 jam agar ekstrak daun sirih dapat meresap ke dalam anyaman.
Selanjutnya dilakukan pengolahan sabut kelapa sebagai bahan isian bantal. Pengolahan untuk mengubah sabut kelapa yang kasar menjadi tekstur yang hampir menyerupai wol atau benang.
Tahap pengolahan sabut kelapa dilakukan melalui beberapa tahapan seperti pemutihan, penghalusan, dan pengeringan.
Tahapan terakhir berupa finishing dengan memasukan serat wol dari sabut kelapa dan limbah biji kapuk randu untuk menambah volume bantal sebelum dilakukan penjahitan.
Lima Mahasiswa UGM menciptakan bantal antibakteri dan antitungau menggunakan limbah sabut kelapa dan eceng gondok. Tertarik membeli?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News