Mengandalkan Teknologi Artificial Intelligence untuk Konservasi
"Perpaduan antara Metaverse dan pembelajaran hayati akan mengantarkan Biologi menjadi bidang ilmu pengetahuan yang penting serta menjadi kunci dalam kajian dan eksplorasi biologi masa depan, yaitu Deep Sea dan Exobiology yang didahului dengan pesatnya perkembangan big data analytics dan bioinformatika terkait keanekaragaman hayati pada saat ini,” ujarnya.
Menurut dia, berbagai pendekatan menggunakan teknologi diperlukan mengingat Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut yang paling besar di dunia dan diakui memiliki dua biodiversity hotspots dunia yakni Sundaland dan Wallacea, yakni wilayah dengan spesies endemik yang melimpah dengan tingkat kepunahan tinggi.
Dia menilai aktivitas antropogenik atau kegiatan manusia merupakan penyebab utama kerusakan keanekaragaman hayati Indonesia, selain faktor perubahan iklim yang juga menjadi pendorong kerusakan ekosistem global.
"Banyaknya kasus yang mengancam keanekaragaman hayati di Indonesia tentunya perlu upaya lebih lanjut untuk mencegah kegiatan antropogenik,” ujar Budi. (antara/jpnn)
Teknologi artificial intelligence bisa dimanfaatkan untuk membantu upaya konsenvasi keanekargaman hayati.
Redaktur & Reporter : Januardi Husin
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News