Perubahan Iklim Mengancam Sektor Pariwisata Jogja
Perubahan garis pantai berupa abrasi sejak 2010-2020 tercatat paling jauh 96 meter ke arah daratan, sedangkan akresi terpanjang mendekati perairan sejauh 32, 68 meter.
Baca Juga:
Kemudian, rata-rata kejadian abrasi tercatat sejauh 29,68 meter, sedangkan rerata akresi sebesar 9,2 meter.
Laporan tersebut menyebutkan salah satu penyebab utama abrasi pantai adalah fenomena perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim juga dihadapi sektor pariwisata di Kabupaten Gunungkidul.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul Supriyanta mengatakan peningkatan suhu dan perubahan musim yang sangat panjang mempengaruhi lama tinggal pengunjung.
"Dampak dari perubahan iklim di Gunungkidul terhadap pariwisata sudah kami rasakan sejak awal 2024, karena akhir 2023 sampai awal 2024 intensitas curah hujan yang sangat rendah berdampak terhadap peningkatan kunjungan wisatawan," kata Supriyanta.
Pada triwulan III 2024 Dinas Pariwisata Gunungkidul mencatat penurunan jumlah wisatawan karena cuaca yang begitu panas.
Penurunan kunjungan wisatawan ini berdampak pada pemasukan daerah. Menurut Supriyanta, pariwisata merupakan industri multisektor yang juga menyangkut banyak pihak.
Sektor pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta ikut terdampak perubahan iklim yang berimbas pada perekonomian.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News