Ngejaman Keben: Bukti Harmonisasi Masyarakat Tionghoa dan Keraton Yogyakarta
Pada zamannya, masyarakat hidup berdampingan dalam keberagaman di tanah Mataram.
Hal itu bahkan sudah diteguhkan oleh penguasa Keraton Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Berikut ini adalah tulisan yang tertera di Ngejaman Keben yang ditulis dalam aksara Jawa, Bahasa Indonesia, Cina, dan Inggris.
"Persembahan dari paguyuban para pegawai pemerintah dan masyarakat Tionghoa yang bertempat tinggal di wilayah Ngayogyakarta Hadiningrat dalam rangka memperingati penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII tepat dua windu, pada hari Senen Wage tanggal 29 bulan Jumadil awal tahun Alip 1867 atau 17 Agustus 1936."
Salah satu peninggalan sejarah tersebut tetap terawat hingga kini meski zaman terus berkembang pesat. (mcr25/jpnn)
Pernah melihat Ngejaman Keben di Yogyakarta? Monumen ini ternyata memiliki nilai historis bagi Keraton Yogyakarta dan masyarakat Tionghoa di Yogyakarta.
Redaktur : Januardi Husin
Reporter : M. Syukron Fitriansyah
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News