Akademisi Fisipol UGM Khawatir dengan Kualitas Demokrasi Indonesia
“Karena ada kedekatan ada potensi tidak bisa bersikap netral. Bagaimanapun partai politik adalah peserta pemilu dan legislatif adalah orang yang dihasilkan dari proses pemilu,” kata Gaffar.
Dalam kesempatan ini Gaffar menekankan pentingnya menjaga pemilu sebagai satu-satunya penanda tersisa dari demokrasi di Indonesia.
“Ini harus dijaga. Jika tidak, masa depan demokrasi akan sangat berbahaya. Bukan hanya kehilangan substansi, tetapi juga kehilangan penampakan,” ucapnya.
Pakar Sosiologi Politik Fisipol UGM Kuskridho Ambardi mengatakan bahwa kualitas pemilu bisa menjadi salah satu parameter untuk menilai kualitas demokrasi.
Dari lima pemilu yang diselenggarakan di Indonesia, menurut Kuskridho, pemilihan presiden menjadi yang terendah dari segi kualitas.
Proses menuju pemilihan presiden tahun ini sendiri sudah menuai banyak polemik sehingga berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap pemilu.
“Potensi di level publik akan ada ketidakpuasan meningkat. Dengan ketidaknetralan dan bias presiden apa yang dikhawatirkan pengamat akan terjadi, publik akan menilai pemilu saat ini tidak sebagus pemilu sebelumnya,” ujarnya. (mar3/jpnn)
Akademisi di Fisipol UGM menggelar diskusi tentang Pemilu 2024 dan kondisi demokrasi di Indonesia. Mereka khawatir dengan masa depan demokrasi Indonesia.
Redaktur & Reporter : Januardi Husin
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News