Polemik Suara Azan dan Gonggongan Anjing, Begini Pandangan Dosen UIN Sunan Kalijaga

"Bukan tujuannya menistakan azan dengan menyamakan atau menyejajarkan suara azan dan gonggongan anjing," jelasnya.
Baca Juga:
Penafsiran tersebut dianggap keliru sehingga memicu kegaduhan di media sosial.
Ia melanjutkan bahwa dalam ilmu logika, nalar menggunakan qiyasi disebut analogi.
Bernard Walliser (2019) menjelaskan jika analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus yang berbeda dengan cara membandingkan suatu objek yang sudah teridentifikasi memiliki peristiwa dalam yang identik.
Dengan begitu, lanjutnya, nalar analogi Gus Yaqut yang menautkan Surat Edaran perihal pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala sebagai aturan yang sudah pasti dengan fakta gonggongan anjing sebagai konteks dengan sifat yang sama.
Contoh gonggongan anjing yang masuk suara yang tidak nyaman tersebut merupakan fakta kehidupan yang terdekat dengan masyarakat.
"Kedua fakta tersebut dianalogikan bukan pada subjeknya sebab antara suara azan dan gonggongan anjing dua hal yang berlainan," katanya.
Akan tetapi, analogi tersebut pada konteks sosial dan sifatnya merupakan suara yang mengganggu.
Polemik pernyataan Gus Yaqut yang dianggap membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing menuai polemik di masyarakat. Apa kata dosen UIN Sunan Kalijaga?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News