Belajar dari Nike, Wisudawati UNY yang Berjuang dalam Keterbatasan Ekonomi

Ia bercerita bahwa pernah diminta gurunya untuk tinggal kelas karena urung mengambil rapor kenaikan kelas yang syaratnya harus melunasi SPP.
Memasuki masa sekolah menengah pertama, Nike bersekolah di SMP negeri yang cukup meringankan beban orang tuanya.
Pasalnya, masih ada biaya pendidikan kakak dan adik Nike yang harus ditanggung oleh orang tuanya.
Memasuki masa SMA, Nike diterima di salah satu sekolah favorit di Kota Magelang. Berkat adanya bantuan operasional sekolah atau BOS, Nike bisa belajar dengan tenang tanpa memikirkan biaya hingga lulus.
Jalan terjal justru dialaminya setelah lulus SMA. Ia dinyatakan tak lolos seleksi SNMPTN dan SBMPTN.
Tak banyak persiapan yang dilakukannya selama akan menghadapi tes. Nike tidak bisa mengikuti les persiapan tes masuk perguruan tinggi karena kendala biaya.
Untuk belajar materi SBMPTN pun ia hanya berbekal satu buku yang dibelikan sang ayah.
"Saya kecewa pada diri sendiri dan patah semangat, tetapi orang tua tetap menginginkan saya kuliah dan meminta saya mendaftar di perguruan swasta. Namun, biayanya tinggi jadi saya mendaftar dengan setengah hati," kata perempuan kelahiran 1999 tersebut.
Kisah Nike, seorang anak sopir bus dan penjual nasi goreng yang penuh perjuangan dalam menyelesaikan pendidikannya di UNY.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News