Tak Cuma Enak, Kue Lebaran Ternyata Punya Sejarah, Maknanya Mendalam

Kastengel misalnya, dalam bahasa Belanda disebut kaasstengels, memiliki bentuk yang lebih panjang dalam versi aslinya.
Selain bentuk, Fadly mengatakan kualitas keju yang digunakan pada kastengel di Belanda dan Hindia Belanda juga memiliki perbedaan.
Kue nastar juga terinspirasi dari kue pai atau tar Eropa yang biasanya diisi dengan bluberi dan apel. Nastar berasal dari dua kata dalam bahasa Belanda yaitu ananas (nanas) dan taart (pie).
Fadly mengatakan nastar merupakan inovasi yang dibuat oleh para perempuan Belanda yang menetap di Hindia Belanda. Kala itu mereka memanfaatkan buah nanas yang hanya tumbuh di daerah tropis sebagai pengganti isian kue.
"Itulah ada proses modifikasi, artinya di tangan orang-orang di Hindia Belanda berbeda dengan apa yang dihasilkan di Belanda sana. Kalau kita perhatikan bentuk nastar dan kastengel yang ada di Belanda itu berbeda," ujarnya.
Selain keluarga Eropa, Fadly menambahkan bahwa kalangan yang mengonsumsi kue-kue kering itu mulanya hanya keluarga priyayi atau ningrat sebab merekalah yang memiliki akses hubungan dengan orang-orang Eropa.
"Pada masa itu, antara keluarga priyayi dan keluarga Eropa memiliki hubungan yang berkaitan dengan kepentingan politik, ekonomi atau bisnis, itu memang membuka hubungan yang terbuka dalam kaitan hantar menghantarkan makanan," kata Fadly.
Tradisi hantaran tak hanya terjadi saat Lebaran Idulfitri, tetapi juga saat hari raya bagi orang-orang Eropa seperti Natal. Keluarga pribumi juga turut menghantarkan makanan tradisional.
Kue-kue kering yang biasa kita santap saat Lebaran ternyata memiliki sejarah panjang. Maknanya sangat mendalam.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News