Sosiolog UGM Ingatkan Potensi Konflik Dampak Relokasi PKL Malioboro
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Kustiningsih meminta Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengantisipasi potensi konflik sosial pascarelokasi pedagang kaki lima (PKL) Malioboro.
Menurut dia, pemerintah daerah perlu menjadikan lokasi baru PKL di Teras Malioboro 1 dan 2 sebagai ikon baru di Kota Yogyakarta sehingga menarik wisatawan berkunjung.
Hal tersebut penting dilakukan untuk mencegah risiko konflik.
Dampak terburuk dari relokasi bagi PKL, kata dia, adalah turunnya pendapatan karena sepi pengunjung apalagi saat ini Indonesia masih berada dalam kondisi krisis akibat pandemi Covid-19.
Apabila situasi itu tidak teratasi, kata dia, risiko munculnya tindakan kriminal bisa sangat tinggi.
"Dengan relokasi apakah wisatawan akan berkunjung ke sana? Ini perlu dipertimbangkan," ujar Wahyu, Kamis (3/2).
Menjadikan Teras Malioboro sebagai ikon baru merupakan salah satu usaha yang bisa diambil agar wisatawan merasa sangat penting berkunjung ke daerah tersebut.
"Jadikan ruang ini sebagai ikon baru sehingga wisatawan akan merasa tidak lengkap jika ke Jogja tetapi tidak berkunjung ke tempat ini," kata Wahyu Kustiningsih.
Sosiolog UGM Wahyu Kurtiningsih meminta Pemda DIY memikirkan dampak negatif dari relokasi PKL Malioboro, yaitu munculnya potensi konflik sosial.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News