KISP, Gerakan Senyap Penentang Politik SARA
jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Pemilu 2019 menyisakan trauma bagi sebagian orang karena panasnya tensi persaingan dua calon pasangan presiden dan para pendukungnya.
Perpecahan atau polrasisasi di masyarakat tampak nyata karena pesta demokrasi dibungkus sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Polarisasi masyarakat itu kian meruncing karena maraknya kabar bohong atau hoaks dan ujaran kebencian.
Berkaca pada pengalaman tiga tahun lalu, sebuah gerakan sosial yang menamai diri mereka Komite Independen Sadar Pemilu (KISP) turun ke jalan untuk mulai mengampanyekan pemilu damai.
Puluhan anak-anak muda yang tergabung dalam KISP sering berkumpul di pusat-pusat keramaian, misalnya di Malioboro, untuk menggelar aksi diam sembari membagikan bunga mawar.
Mereka sering membawa poster-poster bertuliskan "Pemilu tanpa hoax", "Pemilu tanpa intimidasi", dan "Apapun pilihannya, anak muda tetap berkarya".
Edward Trias Pahlevi, pentolan KISP mengatakan gerakan itu sudah ada sejak 27 Oktober 2018.
Dia mengatakan Pemilu 2019 yang mempertemukan pasangan capres Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tidak boleh terulang pada 2024.
Sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk menciptakan perdamaian saat pemilu muncul di Jogja. Mereka anti terhadap politik SARA.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News