Lebih dari Seribu Kasus DBD di Gunungkidul, Jauh Meningkat Ketimbang Tahun Lalu

Ismono meminta agar fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Gunungkidul dapat merespon cepat saat ditemukannya warga yang bergejala demam berdarah agar tidak terjadi kefatalan telat penanganan.
”Faskes kami harap selalu siap dan siaga apabila masyarakat mengalami gejala DBD untuk dilakukan pertolongan dan pemeriksaan,” katanya.
Kepada masyarakat, dia meminta agar menghindari faktor-faktor yang bisa meningkatkan potensi DBD.
Warga Gunungkidul, kata Ismono, bisa melakukan langkah 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat yang bisa menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti, dan mendaur ulang barang bekas.
Selain itu, masyarakat juga diminta menerapkan pola hidup sehat dan rajin membersihkan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, Dinkes juga menggalakkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Setiap rumah diharapkan menunjuk seorang juru pemantau jentik (jumantik) untuk mengawasi dan memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekitar.
“Sosialisasi dan edukasi pemberantasan sarang nyamuk kepada masyarakat melalui kader-kader kesehatan di masing-masing desa atau padukuhan. Pada prinsipnya kami kolaborasi untuk penanggulangan DBD,” katanya.
Di Gunungkidul, daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, seperti Kecamatan Paliyan, Playen, Ponjong, Semanu, dan Wonosari, menjadi wilayah yang paling banyak terpengaruh oleh DBD. (antara/jpnn)
Kasus DBD di Kabupaten Gunungkidul, DIY menyentuh angka lebih dari seribu. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kasus tahun sebelumnya.
Redaktur & Reporter : Januardi Husin
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News