Cerita Mahfud MD Soal Panji Gumilang dan Ponpes Al Zaytun
"Itu sebabnya, jangan heran, dahulu Pak BJ Habibie itu mau menyumbang Rp 1,2 triliun untuk membangun Al Zaytun. Itu dari mana? Itu saran Pak Malik Fadjar, Menteri Agama. Itu bagus, sarannya BIN pada waktu itu zaman Pak Habibie memang bagus karena Panji Gumilang memecahkan diri dan bikin sendiri dan betul-betul menjadi anti NII," kata dia.
Oleh karena itu, di Ponpes Al Zaytun banyak gedung dan bangunan yang diberi nama tokoh nasional, seperti Gedung Soekarno dan Gedung Hatta di Kompleks Ponpes Al Zaytun.
"Pokoknya tokoh-tokoh nasional, lambang Pancasila, semua (santri) harus hafal Pancasila, pendidikan kewarganegaraannya bagus. Itu yang terjadi," ujarnya.
Setelah mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS), Ponpes Al Zaytun berkembang menjadi ponpes yang megah dan mewah.
"Di sana mewah, lebih mewah dari Kota Indramayu, padahal dia ada di dalam Indramayu. Lebih megah, bagus seperti kota modern, tetapi santri di dalamnya," ujar Mahfud.
Menkopolhukam menduga karena telanjur merasa nyaman, Panji Gumilang kemudian melakukan perbuatan yang diduga penodaan agama hingga dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Meski dugaan tindak pidananya dipastikan masih diusut, Mahfud menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menutup Ponpes Al Zaytun.
"Ketika terjadi peristiwa ini, berat rasanya kami membubarkan Al Zaytun. Bagaimana membubarkan anak sebanyak 5.400 orang yang sekarang sedang belajar dari SD, SMP, SMA dan pesantrennya itu. Mau dikemanakan? Kalau mau diusir, melanggar hak konstitusional," kata dia.
Menkopolhukam Mahfud MD berkomentar soal Panji Gumilang dan keberadaan Ponpes Al Zaytun yang megah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News