Siswi SMAN 1 Banguntapan Tak Cukup Hanya Pindah Sekolah, Begini Penjelasan Psikolog

jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Seorang siswi di SMAN 1 Banguntapan, Bantul diduga mendapat perlakuan tidak mengenakan dari pihak sekolah.
Ia diduga dipaksa mengenakan jilbab hingga dikabarkan mengalami depresi dan trauma.
Dugaan kasus ini berbuntut pada penonaktifan kepala sekolah dan tiga orang guru SMAN 1 Banguntapan.
Kemudian, siswi yang bersangkutan rencananya akan pindah ke sekolah lain di Yogyakarta.
Psikolog sekaligus dosen di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Jatu Anggraeni mengatakan memindahkan siswi tersebut tidaklah cukup.
Ia menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami trauma membutuhkan psikoedukasi tentang kesembuhan trauma, seiring dengan berjalannya waktu.
"Kemudian, harus dengan penanganan khusus sesuai dengan tingkat keparahannya," kata Jatu kepada JPNN Jogja pada Kamis (4/8).
Seseorang dengan traumatik, lanjutnya, kemungkinan mengingat kembali peristiwa yang pernah dia alami melalui emosi takut atau mimpi buruk, mudah terkejut sebagai reaksi merasakan adanya ketegangan, terkadang mengalami masalah fisik dan psikologis lain.
Menurut Psikolog Jatu Anggraeni trauma bisa muncul kembali meski siswi yang diduga dipaksa berjilbab pindah sekolah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News