Tren Publikasi Perguruan Tinggi Indonesia Merosot, Dirjen Dikti Beri Solusi
Jumlah jurnal dari lebih 4.500 perguruan tinggi ada sekitar 16 ribu jurnal, tetapi dari semua itu hanya 118 jurnal saja yang terindeks scopus.
“Paling tidak 500 jurnal masuk dalam scopus,” ucap dia.
Nizam juga menyoroti 21 perguruan tinggi di Indonesia yang sudah berstatus berbagan hukum atau PTN BH agar menambah jumlah publikasi berstandar internasional.
“Mohon seluruh PTN BH untuk masuk top jurnal berbahasa Inggris. Ini sebagai kunci kita membawa publikasi ke panggung dunia,” katanya.
Kepala Kantor Jaminan Mutu UGM, Prof Indra Wijaya Kusuma mengatakan pengelolaan reputasi akademik di sebuah perguruan tinggi menjadi salah satu indikator penilaian dari lembaga pemeringkatan internasional. “Perangkingan bukanlah tujuan, tetapi kualitas kita terlihat dalam perangkingan itu,” jelasnya.
Ia menceritakan, UGM sejak 2009 tidak melayani permintaan data dari lembaga QS sehingga peringkat UGM melorot setiap ada hasil pemeringkatan yang dirilis oleh lembaga ini.
Namun, pada tahun 2015 pemerintah melalui Kemendikbud Ristek meminta UGM bersama 11 universitas lain untuk menjadi perguruan tinggi berkelas dunia dengan menargetkan masuk daftar ranking 500 besar dunia versi QS WUR.
“Sejak 2009 kami tidak melayani data dari mereka sehingga ranking kami terus menurun sampai posisi 555,” katanya.
Jumlah publikasi ilmian perguruan tinggi di Indonesia menurun drastis sejak pandemi Covid-19. Dirjen Dikti ingin ada kolaborasi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News