Telur Ayam Masih Mahal, Harga Acuan Penjualan Solusinya

jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Mahalnya harga telur ayam bukan hanya dikeluhkan oleh konsumen, tetapi juga peternak.

Harga telur ayam masih menjulang tinggi berpotensi makin mahal seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyal (BBM).

Oleh karena itu, Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso meminta pemerintah segera menetapkan harga acuan pembelian/penjualan (HAP) telur ayam, bibit ayam atau day old chick (DOC), hingga pakan ayam untuk mewujudkan keseimbangan harga telur ayam di tingkat produsen dan konsumen.

"Usulan kami segera HAP untuk jagung, telur ayam, DOC, maupun pakan. HAP pakan ini belum selesai-selesai, mundur terus. Kami minta supaya bisa segera ditetapkan atau dikeluarkan," kata Yudianto saat konferensi pers di Fakultas Peternakan UGM, Senin (5/9).

Menurut dia, jika HAP tersebut bisa segera ditetapkan secara bersamaan, keseimbangan harga telur ayam bisa berlaku adil untuk konsumen, peternak hingga pedagang.

"Kami berharap konsumen bisa mendapat harga yang wajar, pedagang juga suka cita karena masih mendapat hasil atau keuntungan yang wajar, peternak pun dapat menerima keuntungan yang wajar," kata dia.

Hingga saat ini, kata dia, harga bibit ayam belum ada acuan pasti dan cenderung masih tinggi di angka Rp 13.000 hingga Rp 15.000. Pakan ayam pun begitu, berada di kisaran Rp 7.600 per kilogram.

Dengan masih tingginya harga dua komponen produksi di tingkat hulu tersebut, membuat para peternak sulit mengikuti HAP telur ayam yang diusulkan oleh Badan Pangan Nasional (BPN) sebesar Rp 22-24 ribu per kilogram di tingkat peternak.